UJIAN KENAIKAN TINGKAT SISWA AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 16 - 17 FEBRUARI 2019 BERTEMPAT DI MUHAMMADIYAH PAMULANG, TANGERANG SELATAN

Sabtu, 23 Juni 2012

Ironi Dunia Pencak Silat

Sebuah ironi menyelimuti pertandingan pencak silat dalam setiap penyelenggaraan SEA Games. Di satu sisi, Indonesia patut berbangga karena cabang olahraga bela diri itu sepenuhnya berasal dari tanah Nusantara. Namun, di sisi lain, Indonesia juga patut prihatin karena dominasi Indonesia di cabang itu nyaris tak tersisa.

Pada SEA Games 2005 di Filipina, gelar juara umum cabang pencak silat diraih Vietnam dengan tujuh emas, tiga perak, dan dua perunggu. Saudara tua Indonesia menempati urutan kedua dengan lima emas, empat perak, dan dua perunggu.

Kalau mau menelisik lebih jauh lagi, ironi di balik cabang pencak silat akan terasa semakin kental. Bayangkan, tampilnya Vietnam sebagai juara umum SEA Games 2005 tak lepas dari tangan dingin Suhartono, pelatih silat asal Indonesia. Pria berambut tipis ini memang diberi tugas yang tidak biasa oleh petinggi organisasi pencak silat dunia, yakni memajukan olahraga bela diri itu di kawasan Asia Tenggara.

Alhasil, ia pun berkeliling dari satu negara ke negara lain di Asia Tenggara, kecuali Indonesia tentunya. Tugas mulia Suhartono itu berhasil. Vietnam, Filipina, dan Thailand kian memperlihatkan taring mereka di dunia pencak silat.

Menjelang SEA Games 2007 di Thailand, Suhartono mengatakan, dirinya dapat merasakan kehendak kuat dunia pencak silat Thailand untuk tampil sangat mengesankan di SEA Games. Saya yakin Thailand akan menjadi kejutan besar nanti, tegas Suhartono seperti dikutip situs berita online Vietnam, awal Desember.

Vietnam, juara umum pencak silat SEA Games 2005, mengakui Thailand memang akan menjadi lawan tangguh. Namun, negeri yang porak-poranda dilanda perang pada dekade 1970-an itu tetap optimistis mereka mampu mempertahankan gelar juara umum. Keberhasilan menjadi juara umum pada Kejuaraan Dunia 2007 di Malaysia menjadi salah satu sumber optimisme itu.

Bayangkan, mereka memborong 12 emas, delapan perak, dan tiga perunggu. Namun, seperti dilaporkan vietnamnews.vnagency.com.vn, Vietnam tetap memandang saudara tua Indonesia sebagai ancaman serius pada SEA Games 2007. Indonesia adalah rival utama Vietnam. Mereka meraih dua emas di Malaysia (Kejuaraan Dunia) dan itu dilakukan oleh tim lapis kedua Indonesia, kata pelatih tim pencak silat Vietnam, Nguyen Xuan Hai.

Di Cebu, Filipina, dua tahun silam, Suhartono mengatakan, Vietnam memiliki disiplin pembinaan yang sangat bagus. Bahkan, disiplin pesilat Veitnam betul-betul disiplin mati atau tak ada toleransi sedikit pun. Suhartono yang selama beberapa tahun pernah ikut menangani tim pencak silat Vietnam menyebut kedisiplinan itulah yang menjadi alasan utama mengapa pencak silat Vietnam cepat berkembang.

Dari cabang pencak silat, dunia olahraga Indonesia bisa belajar satu hal penting, yakni status saudara tua tak menjamin apa-apa karena dunia terus bergerak maju. Siapa yang enggan maju jelas akan tertinggal di belakang. (Kompas-ato)

www.silatindonesia.com