UJIAN KENAIKAN TINGKAT SISWA AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 16 - 17 FEBRUARI 2019 BERTEMPAT DI MUHAMMADIYAH PAMULANG, TANGERANG SELATAN

Senin, 25 Juni 2012

Menjadi Pelatih

Di dalam suatu organisasi khususnya pencak silat pasti di dalamnya ada dua peran utama dalam latihan yaitu pelatih dan siswa (yang dilatih, atlit). Untuk menjadi seorang pelatih sebenarnya terlebih dahulu mengikuti penataran pelatih di cabang terlebih dahulu.

Pelatih juga adalah seorang manusia yang pasti mempunyai perbedaan bagaimana Tipe, dan ciri-ciri seorang pelatih di hadapan atlit maupun siswanya. Berikut adalah beberapa contoh Tipe Pelatih menurut beberapa tokoh dan bagaimana cara melatih yang efektif dan apa saja peran seorang pelatih.

TIPE PELATIH

Tutko dan Richard (1971) membagi pelatih menjadi lima kategori: the authoritarion coach, the nice-guy coach, the intense or driven coach, the easy going coach dan the business coach.
Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih murni ideal atau sempurna. Kebanyakan pelatih melakukan metode coba-salah untuk mendapatkan bentuk latihan yang paling efektif. Untuk itu sering kali terdapat tumpang tindih dari kelima kategori di atas, namun tetap ada yang dominan.

a. The authoritarion coach

Ciri-ciri pelatih yang otoriter adalah:

1. disiplin yang keras
2. memaksakan peraturan menggunakan hukuman
3. kaku dalam pelaksanaan program latihan
4. dapat bersikap kasar, sadis dan sering mencaci
5. kurang ramah dan terdapat jarak dengan anak didik
6. punya planning program yang efektif
7. taat menjalankan agama
8. sering mempunyai prasangka
9. lebih suka asisten pelatih yang lemah
10. dalam memotivasi atletnya memakai sistem ancaman

keuntungan: anak didiknya memiliki disiplin yang tinggi, agresif, percaya diri, berani, terorganisasi, semangat dan kondisi fisik yang baik

kerugiannya: jika ada kegagalan akan saling menyalahkan, dan bagi atlet yang sensitif biasanya tidak kuat menerima perlakuan keras dan akhirnya mengundurkan diri, pelatih otoriter ini tidak disukai dan ditakuti atlet.

b. the nice-guy coach

Tipe ini berlawanan dengan tipe otoriter, pelatih nice-guy memiliki pribadi yang baik, mengesankan, fleksibel, terbuka akrab dengan atlet dan memperhatikan kesejahteraan atlet. Dalam memberikan motivasi berupa bantuan positif daripada mencela dan tidak segan memberi penghargaan bila atletnya berhasil. Mempunyai sifat yang terbuka dan pelaksanaan program latihan yang fleksibel

Keuntungan: terbentuknya team yang padu, rileksa dan tampil sesuai dengan harapan dan apabila timbul masalah dari atlet akan lebih mudah ditangani.

Kerugian: tidak mempunyai kemampuan atau lemah, ragu-ragu dan terlalu menyalahkan diri sendiri

c. the intense or driven coach

Tipe pelatih ini memiliki banyak kesamaan dengan tipe pelatih otoriter, kesamaannya dalam hal disiplin, kemampuan dan agesifitasnya. Sedangkan perbedaannya pada segi emosi dan sering menghukum. Sikapnya tenang, tidak kasar dan otoriter.

Ciri-cirinya:

a. tidak pernah puas
b. suka mendramatisasi keadaan
c. menghabiskan waktu untuk hal-hal yang berhubungan dengan kepelatihan
d. punya analisis data yang lengkap tentang lawan yang akan dihadapi
e. memotivasi atletnya dengan contoh diri sendiri

Keuntungan: para atlet selalu merasa siap bertanding dan selalu berpijak pada intruksi pelatih.

Kerugian: atlet merasa takut karena merasa banyak dituntut, terutama bagi atlet istimewa. Tidak mau mengerti bahwa atlet juga mengalami kejenuhan. Hal ini dianggap malas, atlet merasa malu karena pelatih sering bertindak emosional pada saat pertandingan.

d. the easy going coach

Pelatih ini tampil dengan tanpa beban dan menganggap pertandingan adalah sesuatu yang menarik dan ia menikmatinya.

Ciri-cirinya:

1. kurang serius menangani atlet, relaks terkesan pasif
2. tidak punya jadwal yang teratur (jadwalnya baku)
3. tidak mudah panik dan emosi mudah terkontrol
4. semua berjalan dibawah control namun terkesan malas

Keuntungan: atlet merasa tidak terlalu tegang, saran mudah diingat untuk dilaksanakan.

Kerugian: atlet cenderung menyalahkan pelatihnya apabila gagal, kondisi fisik atletnya (kadang fit, kadang kurang fit). Timbulnya perasaan dari atlet merasa tidak diperhatikan.

e. the business coach

Ciri-cirinya:

1. pendekatannya terhadap olahraga sangat terencana dan terorganisir
2. mengenali secara detail yang menyangkut prestasi atlet berdasarkan logika
3. tingkat intelegensinya tinggi
4. menganalisa secara obyektif tentang kelebihan dan kelemahan lawan
5. pragmatis dan tekun dalam mencari metode-metode yang baru

Keuntungan: memiliki strategi untuk sukses,atlet punya rasa percaya diri sendiri yang kuat.

Kerugian: atlet dapat merasa kehilangan identitas dan individualitasnya karena hampir semua detail dirinya dianalisa.

Pelatih yang Efektif

Seorang pelatih dituntut untuk bertingkah laku tertentu sesuai dengan perannya di masyarakat, jika ia ingin disebut pelatih yang baik. Puoss(1981) mengemukakan empat kualitas yang haris dimiliki oleh seorang pelatih yang baik/efektif yaitu:


  1. pengetahuan teknik olahraga, menguasai dasar keterampilan, peraturan pertandingan, teknik, taktik, dsb.
  2. kemampuan untuk mengenal karakteristik dan kebutuhan para anak didik (keadaan fisik, mental, emosi, latar belakang kehidupan sosialnya)
  3. keteraampilan mengajar
  4. kepribadian dan karakter yang baik adalah:
  5. memiliki semangat yang tinggi, dedikasi yang tinggi dan memiliki rasa humor
  6. mampu mengendalikan emosi, jujur, bertindak atas dasar kebenaran


Peran Pelatih

Seorang pelatih bukan hanya mengurusi hal yang berhubungan dengan teknis olahraga saja, tetapi pelatih juga harus berperan sebagai guru, orangtua, konselor, bahkan psikolog. Sebaliknya peserta didik harus mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya. Pelatih harus mampu mengerti secara total anak didiknya tanpa ia sendiri kehilangan identitas pribadinya.

Akhir kata, jika pelatih dapat menggunakan ilmu pengetahuannya yang dimiliki mengenai segala sesuatu tentang peserta didik, lingkungan dan segala aspeknya yang berhubungan dengan kepelatihan ditambah dengan kemampuan utuk mengenali diri sendiri, maka dapat dipastikan akan mampu mengemabangkan pandangan hidup yang positif. Bukan saja mengenai kepalatihan, tetapi juga sukses kehidupannya menuju kehidupan yang harmonis.

Kunci menuju sukses secara umum, Zakiyah Darojat (1980) mengemukakan: mengenali diri sendiri, menentukan cita-cita, membuat program kerja, dicapai setahap demi setahap dan berkonsultasi dengan orang yang ahli.>